![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLNrL3uQJNtpW0ZzmIKvwbIB3aSlis_wPCCJNw-SwZorgrkECJ3eXxkIs0GvSpNYppV-SxBmK_MoOHXIeTR5Hne7oryON-PnGlZ7Xgc6YYAgslL9fAgLeS56A6NmwSallm4oyhyphenhyphenDLHZwh4/s1600/images.jpg)
Past Life Regression atau Regresi
Kehidupan Masa Lampau adalah salah satu
metode hipnotis yang bertujuan untuk menggali memori alam bawah sadar
manusia untuk mengetahui kejadian atau potongan kejadian pada kehidupan masa
lalunya. Pada mulanya metode Past Life Regression digunakan oleh para pakar
hipnoterapis untuk menyembuhkan trauma atau phobia tertentu yang sulit
disembuhkan dari pasiennya. Misalnya ada orang yang menderita phobia aneh
seperti phobia terhadap api, phobia terhadap kegelapan atau phobia ketika
seorang berada di ruang tertutup. Nah orang dengan tipikal phobia seperti ini
biasanya akan sangat terganggu bahkan menderita karena yang ditemui adalah
hal-hal wajar dan akan terus dialaminya seumur hidup. Apalagi hal tersebut bagi
sebagian besar orang tentulah bukan sesuatu yang menakutkan. Maka dari itu,
para hipnoterapis biasanya akan mencoba menghipnotis sang penderita phobia
untuk keperluan menggali informasi pada memori bawah sadar yang bersangkutan
hingga ditemukan pada titik mana dia mengalami phobia tersebut. Misalnya orang
takut pada api kemudian diketahui ada satu kejadian pada kehidupan masa lalunya
dimana dia meninggal akibat kebakaran hebat hingga traumanya terbawa pada
kehidupan yang sekarang. Nah dari titik inilah sang ahli hipnoterapis kemudian
menterapi pasien penderita phobia tersebut. Hasilnya sejauh ini banyak pasien
penderita phobia akut yang kemudian berhasil disembuhkan.
Kaitannya dengan Reinkarnasi
Bicara tentang Past Life
Regression, mau tidak mau dan suka tidak suka kita harus dihadapkan pada satu
konsep yaitu Reinkarnasi. Reinkarnasi adalah belief system dalam kepercayaan
Timur dimana orang mempercayai kehidupan di Bumi ini terjadi secara berulang
kali dan bertentangan dengan belief system Barat (Samawi) yang mempercayai
hidup ini hanya sekali. Nah kalau sudah bicara tentang belief system yang mana
merupakan hak personal seseorang, tentunya tidak boleh ada paksaan bagi yang
bertentangan dengan belief systemnya untuk percaya pada Past Life Regression.
Maka dari itu, para hipnoterapis juga sangat tidak dianjurkan mengintervensi pasiennya
untuk mempercayai Reinkarnasi dalam sesi terapi penyembuhan phobia dengan
metode Past Life Regression. Untuk keperluan penyembuhan phobia sendiri tetap
akan berhasil tanpa dipengarhi oleh belief system pasien yang bersangkutan,
entah dia itu percaya atau tidak dengan adanya Reinkarnasi.
Contoh Kasus Past Life Regression
Kasus Virginia Tighe (Oleh
Terapis Morey Bernstein)
Virginia adalah istri seorang
pengusaha di Pueblo, Colorado. Ketika di bawah hipnosis pada tahun 1952, ia
memberitahu terapisnya bernama Morey Bernstein, bahwa lebih dari 100 tahun yang
lalu dia adalah seorang wanita Irlandia bernama Bridget Murphy yang dipanggil
dengan julukan Bridey. Selama sesi mereka, Bernstein sangat kagum mendengar
percakapan rinci dengan Bridey, yang berbicara dengan aksen Irlandia dan
berbicara secara ekstensif tentang kehidupannya di Irlandia pada abad ke-19.
Ketika Bernstein menerbitkan buku tentang kasus ini, The Search for Bridey
Murphy pada tahun 1956, kasus ini menjadi terkenal di seluruh dunia dan
menimbulkan minat yang besar tentang kemungkinan adanya reinkarnasi. Lebih dari
enam sesi, Virginia mengungkapkan banyak rincian tentang kehidupan Bridey,
termasuk tanggal kelahirannya pada tahun 1798, masa kecilnya di tengah keluarga
Protestan di kota Cork, pernikahannya dengan Sean Brian Joseph McCarthy dan
bahkan kematian dirinya sendiri pada usia 60 pada tahun 1858 .
Ia menyediakan berbagai spesifik, seperti nama, tanggal, tempat, kejadian,
toko-toko dan lagu-lagu yang dinyanyikan saat itu – dan Virginia selalu
terkejut ketika ia terbangun dari hipnosis.
Kasus Dolores Jay (Oleh Terapis Carroll
Jay)
Carroll Jay adalah seorang
pendeta Metodis Kristen yang mulai berlatih hipnosis pada tahun 1954, awalnya
bertujuan untuk membantu orang lain mengatasi rasa sakit kronis. Pada tahun
1960, ia mulai bereksperimen dengan regresi kehidupan lampau.
Dolores, istrinya, mengalami
nyeri punggung dan pada 10 Mei 1970, Carroll melakukan sesi hipnosis dengan
tujuan menghilangkan rasa sakit istrinya. Dalam hipnosis, Carroll bertanya pada
Dolores, “Apakah Anda merasakan rasa sakit kembali?” Dia menjawab dalam bahasa
Jerman, “Nein,” yang berarti “Tidak”
Pada tanggal 13 Mei 1970, di sesi
lain hipnosis, Dolores berkata dalam bahasa Jerman, “Ich Bin Gretchen,” yang
berarti “Nama saya Gretchen.”
Dalam sesi hipnosis yang
dilakukan selama beberapa bulan berikutnya, berulang kali Gretchen muncul dan
berbicara hanya bahasa Jerman. Setelah 10 sesi, seorang pembicara asli Jerman
diundang untuk berpartisipasi dalam sesi tersebut, yang kemudian bercakap-cakap
dengan Gretchen dalam bahasa Jerman. Pada tanggal 23 April 1971, Dolores
menulis 40 kata dalam bahasa Jerman selama manifestasinya sebagai Gretchen.
Yang menarik, tulisan tangan
Gretchen berbeda dari tulisan tangan Dolores Jay. Ini menyimpulkan bahwa
tulisan tangan yang tidak selalu tetap sama dari satu inkarnasi ke yang lain.
Dolores tidak pernah belajar
bahasa Jerman dan dia tidak bisa memahami atau berbicara dalam bahasa Jerman
dalam keadaan kesadaran normalnya. Dengan demikian, ini merupakan kasus
xenoglossy, di mana seseorang dapat berbicara bahasa yang tidak dipelajari
melalui cara normal. Xenoglossy dianggap sebagai bukti kuat reinkarnasi.
Kasus Jane Evans (Oleh Terapis
Arnall Bloxham)
Jane Evans, adalah seorang ibu
rumah dari Welsh, awalnya ia hanya berkonsultasi mengenai sakit rematik yang
diidapnya kepada Arnell Bloxham, seorang praktisi hipnoterapis yang mempunyai
reputasi tinggi dan juga seorang President Ikatan Hypnotherapist Inggris. Namun
kemudian, di sesi Hipnosisnya, Ia mengungkapkan 7 kehidupan masa lalunya
termasuk satu kehidupan, saat ia sebagai seorang Wanita Yahudi yang hidup di
kota York, Inggris pada abad ke 12. Ia menggambarkan banyak sekali detail
kehidupan masyarakat Yahudi di jaman itu, bagaimana ia dan juga penduduk Yahudi
lokal lainnya dipaksa menggunakan semacam peneng pengenal diri bahwa mereka
Yahudi. Ia juga bercerita mengenai satu kejadian mengerikan yaitu pembantaian
besar-besaran yang menimpa populasi Yahudi saat itu yang dilakukan para
penduduk lokal. Selama kejadian itu, ia juga ingat bagaimana Ia bersama anaknya
bersembunyi di sebuah ruang bawah tanah gereja setempat yang akhirnya ditemukan
massa dan kemudian terbunuh.
Professor Barrie Dobson, Ahli
sejarah Yahudi dari York University, diminta untuk mengkaji kebenaran ingatan
ini. Ia kemudian menemukan bahwa deskripsi kehidupan Yahudi di abad ke-12, yang
di sampaikan oleh Jane mempunyai tingkat akurasi yang sangat mengagumkan dan
bahkan banyak detail informasi tersebut hanya diketahui oleh para ahli sejarah
yang sangat profesional.
Beberapa detail, awalnya belum
tepat. Pertama, baru di abad ke-13 (1215 M, persisnya) otoritas gereja roma
menitahkan agar para Yahudi yang ada diseluruh negara Kristen harus memakai
identifikasi khusus. Kedua, dari deskripsi Jane, gereja yang dimaksud adalah
St. Mary’s Castlegate, namun tidak ada ruang bawah tanahnya.
Kemudian, di proses investigasi
yang lebih mendalam, terungkaplah bahwa pratek-praktek bahwa para yahudi diharuskan
memakai semacam peneng pengenal diri ternyata sudah tersebar luas di daerah
Ingris selama abad ke-12 bahkan terjadi sebelum titah otoritas gereja. Yang
menakjubkan juga adalah pada beberapa bulan kemudian, saat dilakukan renovasi
pada gereja, sebuah ruang rahasia ditemukan dibawah lantai yang kelihatan
seperti ruang bawah tanah. Suatu fenomena yang jarang terjadi pada
gereja-geraja di area tersebut. Kisah ini diverifikasi Jeff Iverson,
Produser Televisi dari BBC.