Kamis, 31 Juli 2014

Selalu Ada Yin dan Yang di Atas Bumi



Beberapa hari yang lalu, energi di atas bumi Nusantara sangat cerah. Energi positif menyeruak dari Sabang sampai Merauke sebagai bentuk selebrasi hari Idul Fitri oleh mayoritas manusia di atasnya. Tidak hanya di Indonesia saja yang vibrasinya sangat indah oleh tawa dan keceriaan mereka yang tengah berbahagia di tengah keluarga dan handai taulan, namun juga terjadi di banyak negara di atas muka bumi. Perayaan besar tahunan seperti Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru memang selalu bisa menghasilkan energi positif yang luar biasa cerah di atas muka bumi.

Masih terkenang dalam ingatan saya sekitar sebulan lalu, vibrasi energi di atas bumi Nusantara ini betul-betul kacau. Akibat momen Piala Dunia ditambah suasana Pilpres yang memanas, energi jadi terpolarisasi dalan kutub-kutub tertentu. Celakanya lagi antara kutub yang satu dengan yang lain saling serang dan sengaja berbenturan satu sama lain. Akibatnya cuaca sedikit kacau. Panas, hujan, angin dan petir datang tidak menentu karena Ibu Bumi berusaha menstabilkan diriNya sendiri akibat vibrasi energi yang kacau tadi. Beberapa orang yang terlalu peka dan yang energi dalam dirinya tidak siap akan situasi tersebut akhirnya jatuh sakit dan ada pula yang kestabilan emosinya jadi terganggu, misalnya jadi senewen atau gampang marah atau over melankolis. 

Dan sekarang setelah Piala Dunia berlalu, Pilpres usai ditambah lagi dengan selebrasi akbar Idul Fitri, vibrasi energi di atas bumi Nusantara kembali jadi sangat indah. Namun sayangnya selalu akan ada energi positif dan negatif di atas muka Bumi. Mengapa? Karena kita hidup di dimensi ke-3 yang menganut prinsip keseimbangan dalam semesta. Jadi di atas muka Bumi ini akan selalu ada energi positif dan negatif, antara Yin dan Yang harus selalu seimbang. Maka dari itu, disaat beberapa bagian penduduk dunia bersuka cita atas selebrasi akbar Idul Fitri maka pada saat bersamaan juga di belahan bumi lain ada beberapa bagian penduduk Bumi yang terperosok dalam duka nestapa dan jerit tangis.

Perang abadi antara Israel - Palestina dalam memperebutkan sebidang tanah yang konon kabarnya adalah Tanah Perjanjian (tapi menurutku lebih tepat diasosiasikan sebagai tanah kutukan) telah menelan korban jiwa yang tidak sedikit. Tangis duka karena kehilangan akan terus mewarnai wilayah tersebut entah sampai kapan. Demikian pula genosida yang dilakukan oleh kelompok militan ISIS dengan pembantaian korban jiwa yang menyentuh angka ribuan akan menjadi catatan sejarah sebagai penyebab energi gelap beberapa belahan planet Bumi pada dekade ini. Maka inilah sebagian kecil contoh energi negatif sebagai penyeimbang energi positif di atas tadi. 

Mungkin banyak dari kita merasa ini sangat tidak adil. Ketika kita tertawa bahagia, ada saudara kita di belahan Bumi lain yang menangis dalam duka pada saat yang bersamaan. Saya juga dulunya sempat protes atas kekejaman ini. Namun pada akhirnya saya menyerah dan menerima semuanya sebagai desain terbaik yang dirancang oleh Semesta, Sang energi Maha Hidup untuk Bumi pada Dimensi 3 agar semua entitas di atasnya dapat belajar sebaik mungkin untuk kenaikan dimensi yang lebih tinggi. 

Yang perlu kita lakukan sekarang hanya memilih untuk jadi Lightworker (Pekerja Cahaya) atau Darkworker (Pekerja Kegelapan) selama puluhan tahun menempuh pendidikan di atas Bumi. Dalam menentukan pilihan, gunakanlah hati nurani karena itulah anugerah yang menghubungkan setiap entitas dengan kesadaranNya yang lebih tiggi. Kalau memilih untuk menjadi Lightworker, maka jika memungkinkan bantulah mereka yang membutukan dengan memberikan mereka senyuman TANPA harus membuat pihak lain berduka. Kalaupun ini sangat sulit, tidak masalah. Asalkan bisa hidup apa adanya tanpa membuat kerusakan di atas Bumi sudah lebih dari cukup. Rahayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar